Ilmu apa yang kita cari dalam Al-Quran? Apakah ilmu Teknologi ? Ilmu Pertanian? Planologi? Pengurusan? Ilmu Agama? Ataukah ilmu duniawi? Masalah penting ini dijawab oleh Ibnu Qayyim dengan mengatakan. Ilmu itu memiliki 3 bahagian, tidak ada yang ke 4nya.
1. Ilmu untuk mengatahui sifat-sifat, asma, dan af’al Allah.
2. Ilmu untuk mengetahui perintah, larangan, pahala yang merupakan inti agama.
3. Ilmu yang cikal bakalnya terdapat dalam Al-Quran dan sunnah-sunnah nabi.
Dengan demikian, ilmu yang kita inginkan adalah ilmu yang menghantar kita mencapai suksess dalam hidup ini, ilmu yang merealisasikan kebahgiaan, membuat kita nyaman, jiwa kita tenteram, rezeki kita lapang, membuat kita aman didunia dan akhirat. Ilmu yang melahirkan kehendak dan tekad, ilmu yang mengikis habis asumsi kegagalan dan keterpurukan dalam segala aspek kehidupan. Itulah ilmu tentang Allah, tentang hari akhir, tentang perintah dan larangannya. Ketiga ilmu inilah yang secara lugas dikemukan ilbu Qayyim.
Ilmu yang berkaitan dengan Allah adalah ilmu yang bisa untuk beristigfar, memohon keampunannya. “Ketahuilah tidak ada tuhan melainkan Allah. Hendaklah kamu selalu memohon ampunan(Istigfar) atas setiap dosamu”.
Jadi ilmu yang mendorong dan menyemangati kita untuk beristigfar inilah yang dapat menghantar kepada kesuksessan. Itulah ilmu tentang La illaha illallah yang sebenar-benar terpenuhi maksud dari lafaz dan maknanya sekali gus. Sedangkan bila hanya lafaz tanpa makna, maka tidak akan bisa mencapai apa yang Allah kehendaki. Ilmu yang tidak bisa menolong kita beristigfar bukan ilmu yang dikehendaki.
Ibnu Abbas berkata ketika mentafsirkan firman Allah dalam surah Al-Fatir ayat 28:
“Yang bermaksud ulama adalah orang yang mengetahui bahawasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”
“Yang bermaksud ulama adalah orang yang mengetahui bahawasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Kata ilmu adalah kata yanag sangat luas dan penyebutanya juga sangat banyak. Ia adalah kata yang bisa makna beragam. Misalnya para pakar riset/penyelidik akan menamakan pengetahui yang mereka kembangkan dengan sebutan ilmu. Sedangkan untuk pengetahuan lain, termasuk ilmu agama disebut sebagai adab (budaya). Semuanya memang masuk dalam kategori ilmu. Sebab semua pengetahuan adalh ilmu. Perbedaanya terletak kepada focus objek dan spesialisasinya.
Adapun ilmu menurut kaum muslimin khususnya yang baekaitan dengan Al-Quran dan Sunnah, adalah ilmu yang seperti dikatakan Ibnul Qayyim diatas. Di masyarakat luas, ilmu yang dimaksud Ibnul Qayyim itu telah direduksi menjadi ilmu yang berkaitan dengan halal-haram sahaja. Persepsi ini termasuk kesalahan yang tersebar luas. Lebih parah lagi , ketika kaum muslimin lebih mengutamakan ilmu furu’ (ilmu fiqh) atau masalah-masalah yang masih diperdebatkan, saperti ilmu akidah. Mereka melupakan pokok yang disepakati, sehingga kata ilmu pun mengalami distorsi.
Satu hal yang pasti sahih adalah, orang yang benar-benar berilmu adalah orang-orang yang takut kepada Allah, kendati dirinya tidak mengetahui cara menulis lafaz Allah. Hal ini seperti dikatakan perpatah, “ Puncak dari ilmu adalah taqwa kepada Allah sebenar-benarnya, bukan sahaja disebut sebagai pakar.
Ibnu Mas’ud berkata, “cukuplah dengan takut kepada Allah ia memiliki ilmu. Cukup pula dengan sikap angkuh kepada Allah ia adalah bodoh.”
No comments:
Post a Comment